Cari Opini


Home >> Opini >> ASMANUDDIN SINAGA (Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ilmu Administrasi Universitas Islam Riau)

Opini
ASMANUDDIN SINAGA (Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ilmu Administrasi Universitas Islam Riau)

Menggali Potensi UMKM Bumi Lancang Kuning

Jumat, 17 Maret 2023 WIB

Menggali Potensi UMKM Bumi Lancang Kuning

Secara nasional, peran UMKM sangat besar untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia, dengan jumlahnya mencapai 99 persen dari keseluruhan unit usaha. Kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto atau PDB juga mencapai 60,5 persen, dan terhadap penyerapan tenaga kerja adalah 96,9 persen dari total penyerapan tenaga kerja nasional.

Namun, segumpal persoalan mendera para pelaku UMKM, tak terkecuali di Riau. Memang, beberapa UMKM berkembang begitu pesatnya. Mampu menembus pasar baik langsung maupun digital. Akan tetapi, lebih banyak dari mereka yang terjerembab dalam kebingungan, alih-alih maju, malah stagnan dan dihantui kemunduran.

Lantas, kenapa bisa begitu? Menurut saya, hal ini perlu dikulik dari dua sisi berbeda. Internal dan eksternal. Dari sisi internal, kemampuan pelaku UMKM akan perkembangan teknologi yang terbatas menjadi persoalan pertama. Padahal, tren perkembangan UMKM pasca pandemi telah berubaha 180 derajat. Digitalisasi adalah hal mutlak yang tak bisa diabaikan.

Selama pandemi, perubahan pola perilaku konsumen dalam berbelanja merubah cara transaksi. Tidak hanya sisi konsumen, adaptasi digital membuat operasional pelaku usaha skala besar hingga mikro pun ikut berubah. Digitalisasi yang merambah UMKM menciptakan model layanan baru yang efektif sekaligus efisien, transaksi dengan pembeli maupun pemasok bisa dilakukan kapan pun.


Nah. Persoalannya, pelaku UMKM Riau belum sepenuhnya melek dengan dunia digital. Bagi mereka, digital hanya sebatas Facebook dan Instagram. Padahal, lebih luas digitalisasi itu memudahkan. Literasi akan digitalisasi masih begitu rendahnya. Bimbingan dan arahan tentu dibutuhkan. Baik dari pemerintah, BUMN yang bergerak di bidangnya, dan tentu saja swasta yang bisa merangkul mereka.

Tak hanya dari sisi digitalisasi. Dari kemampuan internal terutama dari sisi manajerial juga perlu dukungan penuh. Tak jarang kita lihat UMKM kesulitan mengatur arus cash flow, bingung ketika uang masuk dan keluar tak seimbang. Bagaimana mengatur persentase untuk capital expenditure, atau laba yang diserap memenuhi kebutuhan.

Sudah saatnya kita semua berhenti berpangku tangan. Saatnya kita melek dan memberikan mereka perhatian. Riau ini kaya sumber daya alam. Persoalannya, kita sudah terlalu jauh mengolah dan mengelola sumber daya alam. Ada sumberdaya lainnya yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan.

UMKM kita masih kalah jauh dari negeri jiran. Di Singapura, UMKM terus berkembang dengan kontribusi ekspor mencapai 41 persen, Thailand (41 persen), dan Cina (60 persen). Kita masih memasang target kontribusi ekspor UMKM diharapkan meningkat menjadi 17 persen di 2024.

Dengan demikian, tantangan UMKM ke depan yang harus diatasi bersama oleh segenap stakeholders terkait antara lain berkaitan dengan inovasi dan teknologi, literasi digital, produktivitas, legalitas atau perizinan, pembiayaan, branding dan pemasaran, sumber daya manusia, standardisasi dan sertifikasi, pemerataan pembinaan, pelatihan, dan fasilitasi, serta basis data tunggal.***