SETELAH melewati berbagai macam drama saat proses mencari dan pencocokan pasangan, kini saatnya pertandingan perebutan jabatan tertinggi di negeri ini dimulai. Tiga pasangan calon presiden (capres) akhirnya diumumkan KPU dan akan bertanding dalam merebut hati rakyat Indonesia dalam 4 bulan ke depan. Hiruk pikuk kampanye akan segera datang ke seantero nusantara.
Sempat diprediksi bahwa hanya akan ada dua kontestan ikuti pilpres 2024 nanti. Karena satu kandidat terus digoyang dan terancam kasus di KPK. Namun drama ini terhenti seketika saat sang calon mengumumkan diri pertama kali untuk maju sebagai bakal calon presiden. Kasus KPK yang dinilai dipaksakan tersebut secara perlahan meredup. Bahkan satu partai keluar dari koalisi ini. Namun koalisi ini mendapatkan pasangan wakil dari ketua partai berikut partainya, sehingga koalisi perubahan ini terus melaju.
Beda lagi dengan koalisi yang menamakan diri Indonesia Maju. Dari awal sudah bersepakat mengajak sebuah partai berbasis massa organisasi Islam terbesar di Jawa, dan menjanjikan sang ketuanya sebagai wakil. Namun ternyata gayung tak bersambut, malah sang ketua partai berikut partainya berlabuh ke koalisi sebelah. Dan koalisi ini pun mengambil anak presiden sebagai bacapres setelah keputusan fenomenal Mahkamah Konstitusi yang dituding nepotisme. Sehingga Majelis Kehormatan MK pun dibentuk untuk menyidangkan laporan dari para guru besar, organisasi hukum dan para mahasiswa terhadap keputusan MK tentang syarat usia pilpres yang bermasalah itu. Akhirnya sang ketua MK yang merupakan paman anak presiden terdepak dari jabatan ketua dan divonis melakukan pelanggaran etik berat. Namun ternyata hal itu tak mempengaruhi sang keponakan melaju jadi cawapres.
Sementara tim lainnya, percaya diri melaju sendiri tanpa perlu ada koalisi dengan partai lain. Sempat berencana mengusung anak sang pimpinan partai untuk maju sebagai bacapres, namun akhirnya tak jadi, akibat popularitasnya yang rendah. Akhirnya sang pimpinan partai mengusung kader sendiri yang namanya sebelumnya sempat digadang-gadang dan disebut-sebut sang presiden dalam setiap pertemuan. Namun sayang, kini presiden tersebut malah merestuinya anaknya sendiri yang maju dan akan jadi lawan sang kader.
Dan pada Selasa (14/11) malam, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menuntaskan pengundian nomor urut kepada ketiga paslon tersebut. Hasilnya, pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mendapat nomor urut 1, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD mendapat nomor urut 3.
Karena kandidat yang maju ada yang masih berstatus menteri, kepala daerah dan anak presiden, banyak yang meragukan keberpihakan aparat terkait. Sebagaimana yang disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin merespons tuntutan masyarakat soal netralitas aparatur negara dalam Pemilu atau Pilpres 2024. Dia meminta supaya di lapangan para petugas, pelaksana, baik dari TNI, Polri, maupun dari ASN itu harus menjaga netralitas.
Ma’ruf mengingatkan bahwa penyelenggaraan pemilu itu adalah agenda rutin lima tahunan. Kemudian, sistem penyelenggaraannya juga sudah terbangun. Termasuk juga semangat pelaksanaan yang jujur, adil, dan rahasia. Dia berharap pelaksanaan pemilu kali ini berjalan dengan lancar serta kondusif.
Kita doakan, semoga pilpres kali ini bisa berjalan dan lancar, jujur, bebas, dan adil. Sehingga bisa terpilih pemimpin yang sesuai keinginan rakyat. Semoga.***