PEKAN Olahraga Wilayah (Porwil) Sumatera XI 2023 baru saja selesai diselenggarakan selama sepuluh hari, 4-14 November 2023. Riau yang menjadi tuan rumah, sukses ganda. Sukses menjadi juara umum dan sukses sebagai penyelenggara.
Dengan 41 emas, 21 perak dan 34 perunggu, Riau menjadi juara umum tiga kali berturut-turut. Pada dua kali penyelenggaraan sebelumnya di Bangka Belitung dan Bengkulu, Riau juga menjadi juara umum. Bahkan ketika itu dua provinsi yang lumayan kuat tradisi olahraganya, Sumatera Utara (Sumut) dan Aceh, ikut serta. Kali ini kedua provinsi di utara tersebut absen karena mereka akan menjadi tuan rumah PON 2024. Mereka tidak ikut Porwil karena beberapa cabang olahraga (cabor) menjadikan Porwil 2023 sebagai ajang kualifikasi PON 2024.
Perjuangan agar Powil 2023 ini terlaksana memang melalui perjalanan panjang. Sebab beberapa daerah yang sebelumnya ditunjuk untuk menjadi tuan rumah, seperti Aceh atau Jambi, menolak menyelenggarakan dengan alasan berbeda. KONI Pusat sendiri mengancam akan menghentikan penyelenggaraan pesta olahraga Sumatera ini jika Porwil XI gagal terselenggara. Padahal Porwil Sumatera adalah satu-satunya Porwil yang ada di Indonesia. Sangat sayang jika gagal diselenggarakan dan akhirnya dihentikan penyelenggaraannya.
Di tengah kondisi tersebut, Riau akhirnya tampil mengambil tanggung jawab dengan menjadi tuan rumah. Meski dengan persiapan yang mepet, Porwil XI terselenggara dengan baik dan cukup meriah. Hampir semua cabor berhasil mendatangkan penonton yang haus tontonan multiiven besar sejak Riau terakhir kali menjadi tuan rumah PON 2012 lalu. Salah satu cabor yang menyedot perhatian penonton adalah bolavoli yang tak pernah sepi dari penonton. Bahkan saat final antara Riau vs Sumatra Barat, Gelanggang Remaja penuh sesak dan banyak penonton yang tak bisa masuk.
Antusiasme masyarakat ini patut menjadi pertimbangan agar Riau sering menjadi tuan rumah iven-iven besar berskala nasional, atau bahkan internasional. Ini karena Riau sebenarnya memiliki gelanggang olahraga (venue) yang dengan standar baik. Hanya saja ada yang tidak terawat dengan baik, termasuk Stadion Utama Riau yang rumputnya hingga kini belum standar internasional setelah rusak karena tak terawat saat dalam sengketa kontraktor dan Pemprov Riau, beberapa tahun lalu. Padahal, harus diakui, Stadion Utama Riau adalah stadion paling megah di Sumatra, bahkan masuk kategori megah untuk Indonesia. Dengan atap full tertutup di semua tribunnya, Stadion Utama Riau mengalahkan Stadion Jakabaring Palembang yang di beberapa tribunnya masih terbuka.
Tetapi, hingga saat ini, justru iven-iven besar nasional maupun internasional banyak diselenggarakan di Palembang Pemprov Sumsel telah mendirikan perusahan independen yang menjadi pengelola semua gelanggang olahraga di sana.
Pola seperti ini sebenarnya bisa ditiru oleh Pemprov Riau. Tetapi ya tadi, ada yang harus diperbaiki, yakni gelanggang-gelanggang yang kondisi tidak baik harus diperbaiki agar sesuai standar. Porwil harus membawa kita pada pemikiran yang lebih terbuka dan maju tentang bagaimana mengelola gelanggang olahraga yang kita miliki agar jangan hanya menjadi beban APBD untuk perawatannya. Harus dicarikan jalan lain agar dana itu tidak membebani APBD.***