Menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dengan kebutuhan pribadi dan keluarga (Work-Life Balance) sungguh sangat sulit. Karena menyangkut dengan privacy dan kesadaran setiap individu dalam menyikapi makna kehidupan dan pekerjaan. Ada orang yang mempunyai typology gila kerja (workaholism) yaitu pekerja keras dan mendorong diri sendiri bekerja melampau batas kemampuan sampai akhirnya menjadi gaya hidup.
Filosofinya “Tiada hari tanpa bekerja” hingga tak ada lagi waktu untuk keluarga dan kehidupan pribadi. Mereka sibuk dan tidak mempunyai waktu santai, tak peduli dengan rasa lelah fisik maupun mentalnya demi mengejar cita-cita karier dan masa depannya secara financial.
Generasi Y disebut generasi millennia yang lahir akhir tahun 1980-an sampai dengan pertengahan Tahun 2000-an. Mereka generasi yang dilahirkan dengan kondisi kedua orangtuanya mayoritas bekerja dan kelahiran mereka penuh dengan perencanaan yang dilakukan orangtuanya. Mayoritas generasi ini memiliki bekal kehidupan yang jauh lebih baik dibanding sebelumnya.
Mereka memiliki sifat lebih optimis, menjunjung tinggi keseimbangan hidup, cenderung memiliki aktivitas sosialisasi yang lebih tinggi, bergaya kosmopolitan, tidak menyukai kehidupan yang penuh dengan dogma hierarkial, mendambakan ruang kolaborasi yang lebih lebar, serta menginginkan sesuatu dengan instan, dan memberikan ruang perhatian yang besar pada keseimbangan ekosistem.
Generasi ini lahir di saat eksploitasi teknologi berkembang pesat, termasuk teknologi komunikasi dan jejaring social. Dengan demikian jika posisi kita sebagai pemimpin, maka gaya kepemimpinan kita harus menyesuaikan dengan gaya generasi Y. Mayoritas mereka mendambakan sesuatu yang serba cepat, instan, transparan, dan memiliki tingkat responsivitas yang tinggi.
Generasi Y cenderung lebih kreatif dan menghargai kreativitas karena di kehidupan mereka sudah tersedia banyak alat bantu, seperti berbagai program komputer dan tersedianya ilmu yang melimpah di internet. Kesadaran diri menjadi salah satu pilar penting yang menunjang efektivitas kerja organisasi. Pemimpin dengan kesadaran tinggilah yang saat sekarang bisa tahan badai perubahan dan perkembangan zaman.
Pertanyaannya, bagaimana cara membangun kesadaran diri, sehingga mampu menciptakan keseimbangan antara kehidupan sehari-hari dengan tuntutan pekerjaan. Terlebih lagi menghadapi angkatan kerja generasi milenial yang kreatif, inovatif, transparan dan serba ingin cepat. Kita mesti harus memahami tipe generasi Milenial dalam menyikapi pekerjaan.
Pertama kelompok “work hard, play hard”, yang mendefinisikan “work-life balance” sebagai pemisahan” yang tegas antara kerja dan kehidupan mereka di luar pekerjaan. Mereka mementingkan perhitungan jam kerja yang jelas. Generasi Y mengeluhkan manajer-manajer mereka yang kini mulai “melecutkan cambuk lebih keras”. Sehingga, mereka merasa kurang memiliki waktu untuk kehidupan pribadi dan mempertimbangkan untuk keluar dari perusahaan.
Kedua, kelompok yang disebut “worried and weary”, yang melihat konsep “work-life balance” sebagai “selisih” antara jam kerja dan kehidupan di rumah. Mereka sebenarnya tidak bekerja lebih dari jam normal, namun stres di kantor mempengaruhi kehidupan di luar kerja. Ketiga, disebut kelompok “willing workaholics”, yang mendominasi karakter kaum pekerja Gen Y terutama mereka yang lahir setelah tahun 1982.
Kelompok ini tidak masalah jika harus bekerja lebih keras dan dalam waktu yang lebih panjang, sejauh masih memiliki pilihan dan kontrol untuk memutuskan bagaimana mengatur waktu mereka. Banyak organisasi termasuk juga karyawan tidak peduli dengan “work-life balance” karena lebih mengejar gaji (tinggi) dan kemajuan karier, lebih-lebih pada saat pasar tenaga kerja sedang buruk.
Namun, yang perlu menjadi catatan adalah tak sedikit juga dari generasi Milenial, yang lebih memilih untuk mencari pekerjaan lain yang memberikan keseimbangan itu secara penuh. Apakah Anda setuju dengan kebijakan work-life balance sebagai salah satu benefit yang bisa meningkatkan produktivitas dan komitmen pekerja kepada perusahaan?***
Oleh: Machasin Dosen Prodi Doktor Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unri.